Jumat, 06 Agustus 2010

Teori Komunikasi : Disonansi Kognitif (Leon Festinger)

Fiske dan Faylor menyatakan bahwa pendekatan mengenai sikap yang paling berpengaruh diturunkan dari teori konsistensi kognitif. Teori konsistensi secara umum berpendapat bahwa suatu pikiran beroperasi seperti sebuah penengah antara rangsangan dan respons. Teori ini menyatakan bahwa ketika orang menerima informasi, pikiran mereka mengaturnya menjadi sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang telah diterima sebelumnya. Jika rangsangan baru tidak pas dengan pola yang ada, atau tidak konsisten, orang tersebut kemudian merasakan ketidaknyamanan. Leon Festinger menamakan ketidakseimbangan perasaan dengan disonansi kognitif. Jadi, keadaan disonansi kognitif adalah keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi (Roger Brown, 1965). Hubungan konsonan ada antara dua elemen yang berada pada posisi seimbang satu sama lain. Sedangkan hubungan disonan ada antara dua elemen dalam ketidakseimbangan dengan lainnya. Hubungan yang tidak relevan ada ketika elemen-elemen tidak mengimplikasikan apapun mengenai satu sama lain. Proses disonansi kognitif: sikap pemikiran, dari perilaku yang tidak konsisten berakibat pada mulainya disonansi yang kemudian berakibat pada rangsangan yang tidak menyenangkan dan kemudian dikurangi dengan perubahan yang menghilangkan inkonsistensi. Pengalaman disonansi – keyakinan-keyakinan dan tindakan yang tidak sesuai aau dua keyakinan yang tidak cocok – adalah suatu yang tidak menyenangkan, dan orang mempunyai motivasi tinggi untuk menghindari hal tersebut. Dalam usaha mereka untuk menghindari perasaan disonansi, orang akan tidak mengindahkan pandangan yang berlawanan dengan pandangannya, mengubah keyakinan mereka agar sesuai dengan tindakan mereka (atau sebaliknya) dan/atau mencari hal yang dapat meyakinkan mereka kembali setelah membuat sebuah keputusan sulit.

Asumsi-asumsi Teori Disonansi Kognitif
1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis.
3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi.

Konsep dan Proses Disonansi Kognitif
Untuk mengetahui seberapa banyak ketidaknyamanan (disonansi) maka digunakan konsep tingkat disonansi (merujuk jumlah kuantitatif disonansi yang dialami seseorang). Tingkat disonansi menentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin ia gunakan untuk mengurangi disonansi. Ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat disonansi, yaitu: kepentingan (merujuk pada seberapa signifikan masalah itu), rasio disonansi (merujuk pada jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang disonan) dan rasionalitas (merujuk pada alas an yang dikemukakan untuk menjelaskan konsistensi). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi disonansi, yaitu: mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita, menambahkan keyakinan yang konsonan atau menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.
Teori disonansi kognitif memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi. Proses perceptual adalah dasar dari penghindaran ini. Ada beberapa stategi yang dapat digunakan, yaitu: terpaan selektif (mencari informasi yang konsisten yang belum ada, membantu mengurangi disonansi), perhatian selektif (melihat informasi secara konsisten begitu konsistensi itu ada), interpretasi selektif (melibatkan penginterpretasian informasi yang ambigu sehingga menjadi konsisten), dan retensi selektif (mengingat dan mempelajari informasi yang konsisten dengan kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang kita lakukan pada informasi yang tidak konsisten).
Festinger (1975) berpendapat “jika seseorang berkeinginan untuk memperoleh perubahan pribadi selain persetujuan publik, cara terbaik untuk melakukannya ini adalah menawarkan cukup penghargaan atau hukuman untuk memperoleh persetujuan (justifikasi minimal). Festinger dan Carlsmith berpendapat bahwa melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan orang demi penghargaan yang minimal menimbulkan disonansi lebih banyak dibandingkan dengan ketika hal ini dilakukan dengan penghargaan yang lebih besar. Jadi, justifikasi minimal menghasilkan lebih banyak disonansi kognitif dan mensyaratkan lebih banyak perubahan-perubahan untuk menguranginya dibandingkan justifikasi yang lebih besar.

Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi
Teori disonansi kognitif dalam hal ini difokuskan dalam mengkaji setiap orang dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan banyaknya disonansi yang muncul maka seseorang akan lebih mudah dipengaruhi dalam hal pengambilan keputusan. Teori ini dikembangkan sehingga sering dipakai sebagai strategi komunikasi persuasi.

Daftar Pustaka
West, Richard. Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2008

1 komentar:

  1. dek makasih ya...hehehe kebetulan pas banget aq lagi nyari tugas teori kognitifnya Festinger...ealah ternyata ini blogmu to.... makasih ya kris :) mb Indah Napza

    BalasHapus